Wednesday, February 2, 2011

PSSI Sudah Ditunggangi Kepentingan Politik

JAKARTA, KOMPAS.com - PSSI telah ditunggangi kepentingan politik. Ini merupakan tanggapan pengamat sepak bola Ari Junaedi terhadap klaim Ketua PSSI, Nurdin Halid, yaitu keberhasilan tim nasional masuk final Piala AFF 2010 merupakan karya Partai Golkar.

"Hal ini makin menunjukkan kalau PSSI memang menjadi ajang kepentingan-kepentingan politik terutama invansi partai Golkar ke tubuh PSSI," jelas Ari kepada Kompas.com, Rabu (19/1/2011).

Dikatakan Ari, motivasi para politisi yang berkecimpung khususnya di PSSI dan umumnya dunia olahraga patut diwaspadai. Sebab, menurutnya, kondisi tersebut sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan olahraga itu sendiri.

"Cukup sudah bagi Nurdin untuk menghentikan cara-cara politis di tubuh PSSI. Saatnya nanti para pemilik suara di Kongres PSSI untuk menggunakan nuraninya guna memilih sosok yan peduli dengan kemajuan sepakbola," tegas Ari.

Lebih lanjut, Ari menilai Nurdin tidak pantas lagi menjabat ketua umum mengingat tidak ada satu pun prestasi yang membanggakan semenjak dipimpinnya.

"Marilah semua pihak menggelar istigosah agar Nurdin dan antek-anteknya tidak lagi duduk di kepengurusan PSSI. Bukankah cara istigasah dilakukan Nurdin menjelang final Piala AFF lalu," tukas Ari.

Klaim Nurdin soal peran Partai Golkar dalam sepak bola nasional itu disampaikan Nurdin di depan ratusan kader dan simpatisan Golkar Sulawesi Tengah, dalam acara deklarasi pasangan calonAminuddin Ponulele-Luciana Bacule, calon gubernur dan wakil gubernur Sulteng, Selasa (18/1/2011).

“Partai Golkar adalah partai karya, sehingga setiap kader Golkar harus memberi kontribusi terbaik bagi tanah air di manapun mereka berada, termasuk saya sebagai kader Golkar berbuat untuk PSSI,” ujar Nurdin saat itu.

“Banyak cercaan yang dialamatkan kepada saya terkait kepemimpinan di PSSI. Namun mereka mengelu-elukan timnas saat berlaga di lapangan. Padahal keberhasilan timnas tersebut tak lepas dari kepemimpinan saya di PSSI.” tambahnya.

Penulis: Ferril Dennys   |   Editor: Tjatur Wiharyo   |   Loading...

No comments:

Post a Comment