Tuesday, November 15, 2011

Andik Bertahan di Persebaya karena Cinta

Gelandang serang Timnas Indonesia U-23 Andik Vermansyah sebelum diwawancarai Kompas.com, di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (5/11/2011). KOMPAS IMAGES/BANAR FIL ARDHI

JAKARTA, KOMPAS.com – Mungkin dulu tak banyak mengenal sosok Andik Vermansyah, gelandang serang mungil asal kota Jember yang dimiliki oleh Persebaya 1927. Mengawali karier dari sepak bola kampung, Andik kini menjelma menjadi pemain andalan klub papan atas Liga Indonesia, Persebaya Surabaya dan juga tim nasional U-23.

Meski tak punya postur yang ideal (162 cm), Andik tak lantas minder dan justru mampu memberikan yang terbaik saat diberikan tugas dalam bermain. Bahkan, dirinya sempat ditawari bermain oleh legenda sepak bola Portugal, Rui Costa.

Namun, siapa sangka awal kariernya tak berjalan dengan mulus. Ia harus banting tulang demi mewujudkan impiannya bermain untuk klub kesayangannya, Persebaya Surabaya. Lantas apa pesannya untuk anak-anak Indonesia? Berikut petikan wawancaranya dengan Kompas.com.

T: Sejak kapan kami bermain sepak bola? Aku sudah bermain bola sejak lima tahun. Waktu itu aku sering diajak kakak (Agus Dwi Cahyono, kakak nomor dua) bermain di sana. Aku bermain setiap hari di sana hinga aku sering dipukul orang tua karena pulangya Magrib terus dan bolos mengaji. Saat itu masih sepak bola antar-kampung. Baru kelas empat SD aku ikut sekolah sepak bola. Tahun 2005, Aku bergabung dengan Persebaya junior.

Pada tahun 2008, aku bersyukur bisa masuk ke tim senior Persebaya. Yang awalnya aku hanya lihat Bejo Sugiantoro latihan, akhirnya bisa latihan bersama. Aku sangat bersyukur.

T: Bagaimana sikap orang tua mengenai keputusanmu bersepak bola?
Awalnya orang tua kurang mendukung. Setiap habis dari lapangan, aku dipukul, tetapi aku membandel. Aku tahu mereka memukul aku bukan karena tidak sayang, tetapi takut aku kenapa-kenapa, contohnya patah kaki. Sebab, buat makan aja sudah apalagi mengeluarkan dana untuk hal yang tidak perlu. Namun lambat laun orang tua mengizinkan

T: Pernah berpikir pindah ke klub lebih besar?
Aku di Persebaya sudah sejak Persebaya yunior. Sebagai warga Surabaya menjadi suatu kebangaan bisa membela Persebaya. Aku juga senang bisa melihat bonek dan pemain seperti Bejo Sugiantoro.

Aku seperti sudah cinta mati dengan Persebaya. Jadi tak pernah tertarik untuk pindah klub.

T: Kepindahan Persebaya ke Liga Primer Indonesia (LPI) juga mengancam kesempatan kamu di timnas. Namun, kami tetap bertahan. Kenapa?
Ya karena aku sangat cinta dengan Persebaya. Aku juga optimistis karena mendengar pernyataan dari bapak Andi Mallarangeng (Menteri Pemuda dan Olah Raga) yang mendukung adanya LPI. Itu yang membuat aku bertahan di Persebaya.

T: Kabarnya kamu pernah dilirik klub Portugal. Bisa cerita soal itu?
Iya. Waktu itu masih pra-kompetisi. Aku baru bermain tiga pertandingan, tapi sudah mencetak banyak gol. Ternyata saat itu pak Llano (Mahardika, CEO Persebaya Surabaya) bikin videonya dan mengirimkannya ke Rui Costa (Direktur Sepak Bola Benfica). Pak Llano merupakan teman dekat Rui Costa. Aku lalu dipanggil sama Pak Llano ke kantornya untuk bicara empat mata. Beliau bilang, ‘ada tawaran main di Portugal. Kamu mau nggak?’. Ya aku jawab, ‘Kalau ada temannya, aku mau, Pak.'

Lagi pula hal itu harus aku diskusikan dulu dengan orang tua dan keluarga. Orang tua mintanya aku tetap di sini (Indonesia). Kalau kakak, dia suruh aku untuk ambil kesempatan itu.

T: Siapa pelatih yang paling berjasa dalam kemajuan karier kamu?
Aji Santoso yang melatih aku selama di PON. Aku baru tahu posisi dan bagaimana menyerang juga bertahan. Aku akui coach Aji sangat berjasa memberikan motivasi kepada aku hingga aku bisa latihan dengan serius.

T: Bagaimana dengan Rahmad Darmawan?
Kalau Pak Rahmad itu mampu merangkul pemain. Dia itu milik semua pemain. Beliau juga mampu memotivasi para pemain yang ada. Kalau secara teknik tidak jauh berbeda dengan pak Aji.

T: Apa momen terindah dalam kariermu?
Waktu aku juara PON bersama Jawa Timur. Saat itu kami berhasil mendapatkan emas dan aku dapat hadiah motor Mio sebagai bonusnya. Itu pertama kali aku punya motor sendiri.

T: Kalau momen terburuk?
Saat aku tak pernah dimainkan ketika Persebaya lolos ke Indonesia Super League. Aku sempat kecewa dan pernah berniat untuk pindah.

T: Kamu pernah ditolak masuk timnas saat Indonesia bersiap melawan Turkmenistan. Perasaan kamu?
Aku sangat kecewa saat itu.

T: Bisa ceritakan bagaimana kronologisnya?
Ada yang telepon aku terus menyuruhku datang seleksi, tapi tidak ada surat. Ada kemungkinan surat itu diberikan kepada Persebaya (versi Wishnu Wardhana). Waktu itu aku sempat ditanya coach Aji, ’kenapa kamu tidak berangkat?’. Lalu aku bilang masih bimbang karena masih simpang siur.

T: Banyak orang menjuluki kami Lionel Messi-nya Surabaya. Tanggapan kamu?
Semua juga bilang begitu, tetapi aku tidak merasa seperti itu. Saat aku bermain, para Bonek selalu teriak ’Messi..Messi...Messi’. Saya senang dipanggil Messi, tapi kan beda jauh ha ha ha.

T: Kamu tipe pemain seperti apa?
Itu orang yang menilai. Banyak orang bilang aku pemain yang punya kecepatan. Ada yang bilang, tanpa kecepatan saya tidak bisa jadi pemain seperti ini.

T: Apa yang jadi kelebihan seorang Andik Vermansyah?
Hmmmm..Mungkin kecepatan.

T: Apa rahasia kamu bisa tampil begitu?
Aku biasa latihan lari menaiki tangga, baik tangga jembatan atau tangga di mall. Kadang, aku lomba lari dengan taksi. Pernah waktu itu aku lomba sampai lima kali, setelahnya aku langsung muntah-muntah ha ha ha.

T: Postur kamu terbilang kecil untuk pemain sepak bola. Pernah merasa minder dengan postur tubuh kamu?
Tidak pernah. Soalnya, aku sejak kecil sudah bermain dengan orang yang posturnya lebih besar dariku. Waktu umur lima tahun, aku sudah bermain melawan bapak-bapak. Jujur, di timnas pun, aku tak pernah minder.

T: Kamu dikenal sebagai pria yang sederhana. Kabarnya, kamu lebih suka pakai sepatu murah ketimbang sepatu yang mahal harganya?
Kalau pakai sepatu mahal, aku tidak cocok. Lagian, kalau sepatu mahal tidak ada yang cocok dengan ukuran kakiku. Aku tidak peduli dibilang orang apa kalau pakai sepatu murah.

T: Punya pengalaman istimewa soal sepatu?
Aku punya sepatu untuk bermain sepak bola awalnya dikasih dari orang dan teman-teman. Sepatu pertama yang dibelikan ibu itu harganya 15 ribu. Itu aja harus nunggu Ibu dapat bayaran lebih. Dengan berjalannya waktu, Bapak mendapat rezeki dan aku dikasih uang 50 ribu untuk membeli sepatu yang sedikit lebih bagus. Aku terus mencari sepatu bola seharian tapi tidak ketemu karena duitnya kurang. Namun, besoknya aku bisa mendapatkan sepatu dengan harga 40 ribu rupiah. Aku senang sekali, sampai-sampai sepatu itu aku pegang terus hingga aku ajak tidur.

Aku juga pernah berjualan kue keliling kampung saat kelas empat SD. Aku mulai jualan dari jam 7 pagi sampai jam 8.30. Jam 9 pagi aku pergi ke sekolah. Aku juga pernah berjualan es di dekat stadion, Sejak itu aku tidak pernah meminta uang lagi kepada orang tua. Cuma dikasih jatah satu minggu 1500 sama bapak. Aku jualan untuk uang jajan aku dan untuk menambung agar bisa membeli sepatu bagus.

T: Kapan pertama kali kamu mendapat penghasilan sendiri dari bermain bola?
Aku mulai mencari penghasilan sendiri dengan ikut bermain tarkam di Madura. Saat itu, tahun 2003, aku mendapat bayaran 45 ribu rupiah dan hasilnya aku berikan semua untuk orang tua. Dari situ, aku bermain di manapun tidak pernah dipukul orang tua

T:  Andik itu sebenarnya orangnya seperti apa sih?
Baik, suka bercanda, suka cari temen, dan sederhana.

T: Siapa pemain idola atau panutan seorang Andik Vermansyah?
Kalau di dalam negeri aku suka Firman Utina dan Bejo Sugiantoro. Kalau di luar negeri aku suka Cristiano Ronaldo. Tim tentu Persebaya dan juga Real Madrid.

T: Bisa ceritain kenapa kamu begitu suka dengan Persebaya?
Awal aku cinta persebaya karena diajak tetangga nonton persebaya. Namanya Bapak Kar. Setiap Persebaya bermain, aku selalu diajak nonton dan lama-lama aku mulai melihat mereka latihan di Stadion Tambak Sari. Aku harus jalan kaki sepanjang 4 kilo meter untuk mencapai stadion tersebut.

T: Kalau hobi kamu apa?
Karaoke sama billiar. Bukan hiburan malam, tetapi karaoke dan billiar untuk refreshing saja sama teman-teman.

T: Kamu bisa dibilang punya sedikit waktu untuk keluarga. Apa yang kamu lakukan jika sudah pulang ke rumah?
Setiap pulang, aku pasti mengajak keluarga untuk makan di luar. Pacar juga aku ajak.

T: Menurut kamu, apa yang harus dibenahi dari sepak bola Indonesia agar bisa berkembang?
Indonesia itu kurang lapangan bola. Padahal, dari lapangan itulah muncul bibit-bibit pemain. Negara kita lebih besar dari Jepang, tapi di Jepang lapangannya lebih banyak dari yang kita miliki. Seharusnya kita harus memantau lapangan dan diklat yang ada saat ini.

T: Punya pesan untuk anak-anak Indonesia?
Terus bekerja keras dan jangan putus asa. Nasib tak akan berubah jika kita tidak mengubahnya sendiri.

No comments:

Post a Comment