Friday, December 2, 2011

Ditunggu Ketegasan Sikap PSSI

Kita baru lepas dari euforia juara umum SEA Games XXVI, meski di cabang kebanggaan sepak bola, tim ”Garuda Muda” baru dapat mempersembahkan medali perak. Dari sisi penampilan, tim yang ditangani Pelatih Rahmad Darmawan itu tidak mengecewakan. Hanya karena tak beruntung, Garuda Muda gagal meraih gelar juara.

Seusai SEA Games, kita perlu menengok ke PSSI yang mulai memutar kompetisi yang sempat tertunda karena kesibukan di SEA Games dan menyiapkan tim senior di kualifikasi Piala Dunia. Walau terlambat, PSSI telah memulai kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI) pekan lalu.

Kompetisi ini sedianya diikuti 24 tim, tetapi kenyataannya sejumlah klub tidak meregistrasi diri, dan sebagian walk out (WO) dengan tidak mengikuti jadwal sesuai terbitan PT LPIS (Liga Primer Indonesia Sportindo) yang ditunjuk PSSI sebagai badan pengelola kompetisi profesional di Indonesia.

Hingga Selasa (29/11), PT LPIS belum bisa mengalkulasi berapa tim yang akhirnya terlibat di LPI karena muncul berbagai opini dan pernyataan yang simpang siur dari klub. Dari beberapa klub yang memilih WO, disimpulkan mereka masih melihat perkembangan, atau lebih tepatnya menunggu sikap PSSI terhadap klub yang lebih dahulu menolak ikut LPI.

PSSI lambat
Otoritas tertinggi berada di tangan PSSI, terutama dalam menentukan sikap terhadap klub yang sudah jelas menolak ikut kompetisi LPI. Karena itu, PSSI harus segera menuntaskan masalah ini dengan mengambil langkah tegas. Ketegasan dan kepastian sikap PSSI ini multak diperlukan untuk mengakhiri atau paling tidak meredam gejolak yang lebih besar di masa datang. Lebih dari itu, PSSI akan lebih tenang bekerja menjalankan program lain yang selama ini terlambat atau belum disentuh sama sekali.

Sangat disayangkan klub menonjol seperti Persipura, Persib Bandung, dan Pelita Jaya tidak ikut LPI, mengingat mereka memiliki reputasi dan prestasi membanggakan di kancah sepak bola nasional. Sikap boleh saja diputuskan, tetapi konsekuensi atas sikap itu sebaiknya dipikirkan. Persipura, misalnya, otomatis kehilangan hak berlaga di Liga Champions Asia (LCA) karena regulasi AFC mengatakan klub yang terlibat di LCA harus terdaftar dan mengikuti kompetisi resmi di negaranya.

Semua pemain di klub yang ikut kompetisi bukan LPI juga akan otomatis kehilangan hak profesionalismenya. Dalam butir 2C isi kontrak antara klub dan pemain profesional disebutkan, ”Bahwa dalam rangka keikut- sertaan klub di kompetisi dan turnamen baik nasional maupun internasional yang diselenggarakan oleh PSSI, Liga, AFF, AFC dan FIFA, maka klub bermaksud melakukan ikatan kerja dengan pemain.”

Konflik internal
Juga, bukan rahasia lagi bahwa konflik internal di tubuh PSSI terjadi belakangan ini seiring rencana pengurus memunculkan berbagai program kerja. Yang paling menonjol dari konflik itu adalah adanya beberapa anggota Komite Eksekutif yang terang-terangan melangkahi keputusan rapat Exco.

Mereka ini lalu mengeluarkan pernyataan dan tindakan yang bertentangan dengan keputusan komite. Untuk itu, Komite Etika PSSI yang diketuai Todung Mulya Lubis perlu segera bertindak. Harus ada tindakan jelas dan konkret terhadap anggota Komite Eksekutif yang membuat konflik internal terembus ke publik.

Sikap pembiaran akan merusak dan merongrong kinerja PSSI. Padahal, sejumlah pekerjaan rumah dan tugas lain yang mendesak perlu mendapat perhatian dan penanganan serius.

Jika dalam dua bulan lalu PSSI memberi kesan lambat, kini saatnya PSSI menaikkan kecepatan. Berlarilah dengan gigi lima untuk dapat mengatasi semua rintangan jika memang perubahan yang menjadi komitmen awal berjalan baik. Tak usah ragu mengambil keputusan! 

No comments:

Post a Comment