Tuesday, March 29, 2011

Abi: LPI Bukan Alat Menjatuhkan Nurdin

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMOJuru bicara Liga Primer Indonesia, Abi Hasantoso berpose usai sesi wawancara di Jakarta, Senin (28/3/2011).

JAKARTA, KOMPAS.com — Bergulirnya Liga Primer Indonesia (LPI) sejak 8 Januari silam menuai pro dan kontra di dalam persepakbolaan Tanah Air. Banyak yang mengecam, tetapi tidak sedikit pula yang menilai LPI bak oase atas keringnya prestasi sepak bola Indonesia.

Yang paling menentang bergulirnya liga bentukan Arifin Panigoro tersebut adalah Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Mereka naik pitam setelah empat klub Liga Super Indonesia (LSI), yakni Persema Malang, Persibo Brojonegoro, PSM Makassar, dan Persebaya Surabaya, memilih bergabung dengan 15 klub baru yang ada di LPI.

Ketua Umum PSSI Nurdin Halid bersikukuh tidak mengakui tanpa pernah berkomunikasi lebih dulu dengan LPI. Mereka lebih sibuk melakukan upaya-upaya agar bisa menghentikan LPI daripada mencari solusi damai. Semua elemen yang terlibat dalam LPI seperti pemain, pelatih, wasit, dan lain-lain akhirnya dijatuhi hukuman oleh Komisi Disiplin PSSI.

Bahkan, pemain-pemain bertalenta yang berlaga di LPI, seperti Irfam Bachdim, Kim Jeffery Kurniawan, atau Andik Vermansyah, dilarang membela tim nasional. Terbentuknya LPI yang berdekatan dengan pemilihan kepengurusan baru PSSI sempat memunculkan spekulasi bahwa LPI hanya alat kepentingan Arifin Panigoro untuk duduk sebagai ketua umum dibandingkan tujuan mulia memperbaiki sistem persepakbolaan Tanah Air.

Apalagi, beberapa waktu lalu, Arifin bersama George Toisutta sudah terang-terangan menyatakan maju dalam kongres pemilihan ketua umum dan wakil ketua umum PSSI yang digelar 29 April mendatang. Lalu, apakah tujuan sebenarnya LPI dan apakah terkait untuk memuluskan langkah Arifin menuju posisi puncak di PSSI?

Saat ditemui di sebuah perkantoran, juru bicara LPI, Abi Hasantoso, berkesempatan menjawab hal itu kepada reporter Kompas.com, Ferril Dennys Sitorus, dan sejumlah pertanyaan pembaca. Berikut wawancaranya.

Mengapa menggunakan nama Liga Primer Indonesia? Apakah terinspirasi dari nama English Premiere League atau memang ingin menirunya (adjieh_rijal@yahoo.com)?

"Dulu ada sekitar 20 nama sebelum akhirnya memilih LPI. Akhirnya, kita memilih Liga Primer Indonesia dengan kata primer yang berbahasa Indonesia. Tentu saja rujukan kita salah satunya Liga Inggris. Kedua, kami merasa primer itu sesuatu yang baru sehingga kita populerkan. Dulu kita belajar ekonomi, ada kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Primer itu kata dari Indonesia walaupun kata serapan dari bahasa Inggris. Yang akhirnya pakai kata primer bagus juga ya, walaupun ada konotasi ke Liga Inggris. Ini sebuah strategi marketing kita juga supaya setiap orang gampang mengingat."

Bagaimana sebetulnya konsep LPI?

"Sebetulnya begini. Segala sesuatu harus ada yang berani mulai. Apalagi, kami mengambil langkah reformasi dan revolusi ketika kami mendapatkan amanat Kongres Sepakbola Nasional (KSN) di Malang. Setelah kami kaji, ada empat pilar untuk memperbaiki sepak bola di Tanah Air."

"Pertama adalah kompetisi yang kredibel. Kedua, pembinaan usia dini. Ketiga, Penerapan aplikasi sport science kepada sepak bola. Keempat, adalah pembenahan organisasi. Jadi kita mendahulukan pilar pertama karena sepak bola permainan yang berada di lapangan hijau. Namun, yang lebih penting, kita bisa menggelar kompetisinya lebih dulu dengan kompetisi yang kredibel dan menjunjung sportivitas."

"Selama ini, kompetisi yang ada sudah kehilangan kredibilitas. Cara meningkatkan kredibilitas, pertama, kita menggunakan pemain-pemain yang berkualitas. Makanya, di LPI ada marquee player, key player, dan idol player. Marquee player seperti Lee Hendrie (Bandung FC) dan Amaral (PSM Makassar). Pemain-pemain yang pernah membela negaranya. Ada key player, pemain-pemain yang punya nama besar dan skill bagus seperti Amancio Fortes (Semarang United). Dia adalah lulusan akademi Manchester United. Ada juga pemain lain seperti pemain asal Australia, Andrew Barisic, yang memperkuat Persebaya 1927 atau Emanuel De Porras yang membela Jakarta 1928."

"Ada juga idol player seperti Irfan Bachdim, Kim Jeffery Kurniawan, Andik Vermansyah, dan Rendi Irawan. Mereka adalah pemain-pemain muda yang bisa menginspirasi anak-anak untuk bercita-cita menjadi pemain sepak bola. Ini salah satu yang ingin kami tingkatkan agar kualitas kompetisi menjadi kredibel. Selain pemain-peman tadi, kami juga menggunakan wasit asing. Kami ketahui, hampir seluruh wasit di Indonesia pernah bermasalah ketika di kompetisi-kompetisi lain."

"Ini yang kami yakini bahwa dengan adanya wasit asing menjunjung sportivitas dan fair play, kami terdorong lebih cepat. Meski begitu, kami juga yakin banyak wasit-wasit lokal yang bisa dipercaya. Bahkan, wasit-wasit yang dalam tanda kutip dibuang oleh PSSI, kami rangkul lagi dengan memberikan pelatihan di Bandung dan Magelang, saat ini menunjukkan performa yang bagus juga seperti halnya wasit-wasit asing."

Kenapa LPI tidak memperbaiki infrastruktur lapangan sepak bola lebih dulu? Sayang, pemainnya bagus-bagus, sedangkan beberapa kali tayangan di televisi saya melihat kondisi lapangan sangat memprihatinkan sehingga permainan tidak berkembang (z3tr33_tjhia78@yahoo.com)

"Jadi, betul kompetisi dulu yang kita mulai, walaupun harus diakui bahwa lapangan dan infrastruktur yang bagus memang juga harus disiapkan. Saat ini, kita juga sedang mencoba bekerja sama dengan pemerintah daerah yang sudah memiliki lapangan. Contohnya, kita ingin bekerja sama dengan Pemerintah Kota Malang, Surabaya, dan Makassar, dan pemerintah kota di 19 klub LPI."

Kerja sama konkretnya seperti apa?

"Kami akan mencoba memperbaiki fasilitas, terutama lapangan, yang kita anggap masih belum baik. Contohnya, nanti kita akan bekerja sama dengan pengelola Stadion Siliwangi di Bandung untuk memperbaiki lapangan dan area penonton. Jadi, itu contoh konkretnya. Kami yakin, klub-klub LPI bisa memiliki stadion-stadion sendiri nantinya. Tapi, akan mubazir kalau ada stadion bagus di beberapa kota, katakanlah di Malang, sayang sekali tidak dimanfaatkan. Oleh karena itu, kita akan mencari pola bentuk kerja sama dengan pemerintah kota di mana klub LPI itu berada untuk memanfaatkan dan memaksimalkan penggunaan stadion dengan meningkatkan kualitas lapangan dan infrastruktur yang ada."

Bagaimana cara LPI menjaring penonton karena selama ini ISL yang selalu menjadi perhatian penikmat sepak bola di Tanah Air?

"Tentu saja ini tantangan. Contoh, dengan empat klub yang pernah bermain di kompetisi lain, tidak ada masalah seperti Persebaya 1927, Persibo Brojonegoro, PSM Makassar, dan Persema Malang. Hampir setiap pertandingan mereka selalu penuh (penonton). Namun, jangan disangka, dari 15 klub baru itu, tiga di antaranya sudah memiliki penonton fanatik. Contohnya, Manado United, Solo FC, dan Bali de Vata. Ternyata tidak kita sangka-sangka, penontonnya seperti empat klub tadi."

"Kami juga masih memiliki pekerjaan rumah untuk membantu dan mengembangkan 12 klub lain yang masih belum mendapatkan dukungan dari masyarakat. Itu pekerjaan rumah besar kami. Namun, kami yakin, dengan kompetisi bersih dan menarik ini, lama-kelamaan penonton akan datang ke stadion."

"Kami enggak bisa menggratiskan pertandingan karena LPI industri. Dari penontonlah kami bisa hidup. Enggak apa-apa ini proses alami, tetapi sudah ada terobosan yang dilakukan. Contohnya Persema Malang. Untuk menambah penontonnya, mereka bikin cheer leaders, atau kemarin ada disc jockey. Itu tantangan klub bagaimana stadion bisa menarik."

"Di Bojonegoro, walaupun penonton sudah penuh, mereka berusaha mempertahankan itu. Contohnya, mereka bikin doorprize motor. Mulai kemarin, pertandingan kandang Persibo akan menyediakan doorprize motor. Bayangin, harga motor Rp 13-Rp 15 juta, tetapi itu dikompensasi dengan penonton yang datang. Berarti, bahwa sebagian uang yang dibelanjakan penonton kembali ke mereka lagi. Bahkan, ada keuntungannya, misalnya, dapat motor itu mereka bisa foto bareng dengan pemain."

"Ada contoh lagi dari Solo FC. Dari penjualan tiket, Rp 500 dikembalikan lagi kepada penonton. Sebanyak Rp 200 diberikan kepada SSB. Misalnya, penonton jumlahnya 20.000. Dari harga tiket diambil Rp 500. Artinya, Rp 10 juta diberikan kepada masyarakat. Jadi, SSB mendapatkan dana Rp 4 juta dan PMI Kota Solo mendapatkan jumlah yang sama. Sisanya, diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu."

"Klub-klub LPI juga datang ke SSB untuk mengampanyekan permainan sepak bola sejak muda. Beberapa klub sudah jalan, seperti Persibo, Bandung FC, dan Persema. Itu juga yang harus digalakkan untuk semua peserta LPI. LPI juga melakukan pembinaan usia muda, yaitu memutar roda kompetisi U-15 dan U-21. Kami mendahulukan U-21. Rencananya, kompetisi ini digelar Mei atau Juni, ketika putaran pertama akan berakhir."

Bagaimana dengan anggapan bahwa klub yang ada di LPI merupakan klub karbitan?

"Bukan karbitan. Kita membentuk klub baru. Justru baru lebih bagus. Jadi dasarnya benar. Dasar pendiriannya dan dasar keuangannya benar."

Jadi lebih baik menciptakan klub baru daripada memperbaiki klub yang sudah ada?

"Iya betul. Karena tidak banyak masalahnya."

Target apa saja yang dilakukan LPI dari musim ke musim (darsopn@yahoo.co.id)?

"Targetnya mungkin stadion bisa penuh karena sepak bola lebih asyik dengan penonton."

Apa LPI ini hanya sebuah usaha sementara untuk memperbaiki sistem persepakbolaan Tanah Air dan menjatuhkan rezim Nurdin Halid (spider.one13@gmail.com)?

"Tidak. Pak Arifin tidak mau jadi ketum PSSI. Saat ini dia diminta oleh klub atau pemilik suara. Kalau Pak Arifin tidak pernah mau. Saya pernah mengikuti dia rapat pada 2007 lalu. Waktu itu masih ada almarhum Ronny Pattinasarani. Pak Arifin didatangi oleh sejumlah orang untuk menjadi ketua umum bersaing dengan salah satu kandidat lain untuk menggantikan Nurdin yang saat itu dipenjara."

"Pak Arifin enggak mau karena money politic. Kata mereka, Pak Arifin tinggal nambah Rp 10 miliar sehingga jadi ketua umum. Tapi, Pak Arifin enggak mau. Akhirnya lahirlah Liga Medco. Bung Ronny bilang ke Pak Arifin bahwa kita bisa memajukan sepak bola dengan pembinaan usai dini. Oleh karena itu, terbentuklah Liga Medco di bawah usia 15 tahun. Pemain-pemain yang ada di Uruguay itu sebagian besar berasal dari Liga Medco."

Selain membicarakan soal konsep LPI, Abi juga akan membeberkan target besar LPI. Simak hasil wawancaranya dengan Kompas.com pada tulisan berikutnya. 

No comments:

Post a Comment