Monday, December 20, 2010

Hidupku dari Botol Bekas Suporter

KOMPAS IMAGES/Roderick Adrian Mozes KOMPAS IMAGES/Roderick Adrian Mozes KOMPAS IMAGES/Roderick Adrian Mozes KOMPAS IMAGES/Roderick Adrian MozesYadi (35) mengumpulkan botol-botol bekas suporter yang menonton pertandingan Indonesia lawan Filipina di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (19/12/2010). Pada laga-laga besar seperti Piala AFF, Yadi mampu mendapatkan uang sebesar Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu. Yadi (35) mengumpulkan botol-botol bekas suporter yang menonton pertandingan Indonesia lawan Filipina di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (19/12/2010). Pada laga-laga besar seperti Piala AFF, Yadi mampu mendapatkan uang sebesar Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu.Yadi (35) mengumpulkan botol-botol bekas suporter yang menonton pertandingan Indonesia lawan Filipina di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (19/12/2010). Pada laga-laga besar seperti Piala AFF, Yadi mampu mendapatkan uang sebesar Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu.Yadi (35) mengumpulkan botol-botol bekas suporter yang menonton pertandingan Indonesia lawan Filipina di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (19/12/2010). Pada laga-laga besar seperti Piala AFF, Yadi mampu mendapatkan uang sebesar Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu.

JAKARTA, KOMPAS.com — Putaran kedua laga Semifinal Piala AFF 2010 antara Indonesia dan Filipina di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, telah dimenangkan oleh Indonesia. Rasa puas dan bangga terlontar dari mulut Alfred Riedl seusai pertandingan. Decak kagum atas permainan Indonesia yang agresif terlontar dari mulut para suporter yang beranjak pulang.

Namun, hari belum berakhir bagi Yadi (35), pria asal Bandarejo, Semarang, Jawa Tengah. Bagi dia, berakhirnya pertandingan adalah tanda baginya untuk memulai pekerjaan mengumpulkan botol dan gelas minuman bekas yang bersebaran di bawah bangku penonton di SUGBK.

Mengumpulkan botol dan gelas bekas adalah pekerjaan Yadi sehari-hari selama ada di Jakarta. Dari hasil menjual botol bekas inilah dia mampu menghidupi istri dan ketiga anaknya yang ada di Semarang.

"Alhamdulillah, kalau ada pertandingan besar kayak gini bisa dapat Rp 150.000 sampai Rp 200.000," kata Yadi.

Yadi sudah berada di SUGBK sejak pagi. Sedikit demi sedikit dia mengumpulkan botol dan gelas plastik bekas yang dibuang oleh suporter. Waktu yang paling dinantikannya adalah saat pertandingan telah selesai karena akan ada ribuan botol dan gelas bekas yang bisa dia dapatkan di dalam stadion. Botol bekas tersebut akan dia taruh dalam satu karung besar yang menurutnya bisa mencapai berat 50 kilogram.

"Kalau sudah penuh karung-karungnya, saya baru pulang. Nanti di bawah saya taruh dalam satu karung besar, baru saya pikul ke Stasiun Palmerah. Besok pagi saya naik kereta ke Tanah Abang lalu lanjut ke Stasiun Manggarai," Yadi menjelaskan ritme kerjanya.

Sudah tiga tahun Yadi mengadu nasib di Jakarta. Karena tidak bisa membayar sewa tempat tinggal, Yadi memilih untuk tidur di peron Stasiun Kereta Api Manggarai. Sedikit demi sedikit dia mengumpulkan uang untuk dibawa pulang kampung.

"Pulang kampung itu bisa sebulan sekali. Tapi kalau uangnya lagi enggak ada, bisa 2 hingga 3 bulan sekali. Ya namanya orang perantauan dan enggak punya," tutur Yadi.

Sejak babak penyisihan Piala AFF 2010 hingga sekarang, Yadi mampu mengumpulkan uang sebanyak Rp 600.000, yang sudah dia sisihkan untuk biaya sekolah anak-anaknya.

"Saya punya anak tiga, yang paling tua cewek dan sebentar lagi nikah. Dua lagi cowok, masih SD dan TK," kata Yadi yang juga memuji penampilan Indonesia pada pertandingan putaran kedua semifinal melawan Filipina.

Hawa dingin malam menusuk tulang, lampu Stadion Utama Gelora Bung Karno satu per satu dimatikan. Namun, seakan-akan kurang, Yadi masih menyempatkan mengisi dua plastik besar dengan botol-botol bekas sebelum turun dan kembali pulang. "Malam ini saya tidur di Stasiun Palmerah dulu," kata Yadi lalu mencari beberapa botol lagi.

No comments:

Post a Comment