Sunday, May 1, 2011

Industri Sepak Bola Harga Mati

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMOKetua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) yang juga calon ketua umum PSSI periode 2011-2015, Erwin Aksa, saat diwawancara Kompas.com, Rabu (27/4/2011).

KOMPAS.com — Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Erwin Aksa bertekad membangun industri sepak bola Indonesia yang dinamis jika terpilih sebagai ketua umum PSSI 2011-2015. Untuk mencapainya, CEO Bosowa Corporation itu telah memiliki rancangan mengenai kompetisi dan membentuk tim nasional yang kuat.

Erwin sadar akan berhadapan dengan persoalan pelik, seperti berbagai kepentingan di PSSI. Tidak hanya itu, pria kelahiran Ujung Pandang, 7 Februari 1975, itu dituntut bisa menyelesaikan persoalan Liga Primer Indonesia (LPI).

Saat ditemui Kompas.com di kantornya di Wisma Karya, Kuningan, Rabu (27/4/2011), Erwin Aksa mengemukakan pendapatnya soal tantangan tersebut.

Seberapa parah sepak bola Indonesia di mata Anda?
"Sebenarnya tidak parah-parah sekali. Artinya, yang tidak berubah bahwa komitmen semua klub tidak bisa dipegang sehingga mohon maaf masih ada klub-klub tidak memperlihatkan sportivitas yang tinggi."

"Nah, kita mengharapkan adanya perubahan, khususnya pimpinan klub mau berkomitmen. Kalau ingin mengubah sepak bola, kita harus berkomitmen bersama-sama. Hal ini harus dimulai dari atas, kemudian memberi contoh ke bawah. Kita harus memulainya pada kongres besok. Oleh karena itu, kongres harus diisi orang-orang yang memiliki keinginan besar ini."

"Kalau masih ada yang mempertahankan pola-pola yang ada saat ini, mohon maaf, kita tidak bisa merefleksikan kompetisi untuk tim nasional. Makanya, tim nasional dikelola seperti sebuah klub. Ini yang harus kita hindari."

"Kita juga harus memperbaiki karakter dan mental. Kita tahu pemain sepak bola kita seperti selebriti. Ini harus dijaga juga. Bagaimanapun, mental pemain bisa berubah kalau euforia tidak bisa terkendali."

Lalu, bagaimana kepengurusan Anda kelak agar bisa lepas dari kepentingan?   "Kita harus membuat pengelolaan yang lebih profesional. Kita ingin klub-klub itu lepas dari kepentingan sehingga mendapatkan trust dari sponsor dan perusahaan-perusahaan yang ingin memberikan promosinya. Jadi (kepentingan) harus dilepas. Siapa pun pengelolanya, kalau berhasil atau juara, akan mendapatkan pengakuan bahwa orang ini mampu mengelola secara profesional."

Tapi, ada yang menuding Anda kepanjangan tangan rezim Nurdin Halid?
"Saya dibesarkan selalu independen. Dalam kita bersikap hak-hak politik, tentunya kita memiliki hak-hak pribadi. Kita memiliki independensi tinggi dan netralitas tinggi. Saya bersyukur hal itu bisa dipertanggungjawabkan.      

Jika terpilih nanti, Anda dituntut bisa menyelesaikan masalah LPI. Apa solusi yang Anda tawarkan?
"Harus kita gabung. Tidak ada jalan lain. Kita harus mematuhi statuta PSSI yang disahkan oleh FIFA. Kita tidak ingin ada kompetisi di luar PSSI. Kita harus akomodasi mereka. Kita menghargai pengorbanan mereka. Kita menghargai kreativitas mereka. Kita harus gabungkan potensi-potensi ini untuk membangun suatu kompetisi yang sehat."

"Kita tidak ingin ada kepentingan memperbesar, tetapi kita melupakan kualitas. Yang kita kejar adalah kualitas. Penonton pastinya akan menikmati pertandingan bola sehingga banyak penonton di stadion. Banyaknya penonton yang datang ke stadion akan meningkatkan pendapatan klub. Enak ditonton di televisi, iklan pasti datang.

"Kita ingin membangun klub-klub yang profesional. Kita ingin klub-klub besar tetap berada di lima atau enam besar. Kita tidak ingin, misalnya, Persija tahun ini juara, tetapi tahun depan mereka degradasi. Tidak ada konsistensi dalam mengelola klub. Ini yang terjadi sekarang. Ada klub yang sudah konsisten seperti Persipura dan Sriwijaya FC. Kedua klub sudah dikelola secara profesional. Mereka teruji ketahanannya. Klub yang sudah profesional, kita jaga mereka."

"Kita tidak ingin terjadi lagi klub tidak bisa bayar gaji pemain atau klub tidak bisa ikut berkompetisi karena kesulitan pendanaan. Ini tantangan yang paling berat. Bagaimanapun klub profesional landasan bagi tim nasional yang kuat."

Bagaimana pendapat Anda tentang pemain asing?
"Pemain asing dalam starting eleven dari maksimal lima pemain harus dan wajib dikurangi menjadi cukup maksimal tiga pemain saja untuk memberikan kesempatan lebih besar kepada pemain lain, terutama pemain muda. Selain itu, hal ini bisa diambil positifnya bagi setiap tim untuk memiliki pemain asing berkualitas tinggi dari segi harga (untuk ISL). Sedangkan Divisi Utama maksimal dua pemain asing.

Apa pendapat Anda soal pengurangan kuota pemain asing?
"Setuju (kalau tiga pemain asing). Mengapa kita menggunakan lima pemain asing? Dengan menggunakan banyak pemain asing, kesempatan pemain lokal bermain jadi terbatas. Saya setuju pemain asing kita kurangi."

Apa manfaat dari pengurangan kuota pemain asing?
"Kita berharap nanti ada suatu klub diperkuat lima pemain tim nasional. Kayak model Spanyol. Real Madrid itu formatnya tim nasional. Barcelona, Villarreal, dan sebagainya. Itu, kan, miniatur tim nasional. Itu yang harus kita buat."

"Sebagaimana pemain Persija, Sriwijaya, dan Persipura, memiliki minimal lima pemain tim nasional. Kalau itu bisa terjadi, tim nasional kita akan lebih kuat. Tim nasional itu waktu latihannya pendek. Jadi, kalau mereka sudah berkelompok dalam suatu klub berbulan-bulan, mereka memiliki kebiasaan yang sama. Misalnya, Persipura memiliki lima pemain tim nasional. Lima pemain ini dibawa ke tim nasional. Kan, ini sudah membawa suatu kekompakan yang teruji. Kita tinggal tambal saja kekurangannya."

"Hal ini yang harus kita buat. Kita tidak ingin di dalam tim nasional, ada satu pemain dari klub ini, ada satu dari klub lain. Hal ini membuat pelatih tim nasional kita seperti menjahit barang yang baru lagi. Padahal, kalau pelatih mengumpulkan tiga pemain dari klub A, lima pemain dari klub B, dan empat dari klub C, cukup memudahkan. Tinggal pelatih memilih starting eleven dan strateginya. Jangan lagi mengajarkan teknik-teknik bermain bola. Teknik-teknik bermain bola, kan, sudah diajarkan di klub dan akademi."

Tentang Badan Tim Nasional (BTN) tengah gencar-gencarnya dengan program naturalisasi?
"Kalau itu alasannya kurang pemain dan warga Indonesia keturunan, saya kira bisa dipertimbangkan. Dengan catatan, warga Indonesia keturunan. Artinya, kalau ada keturunan Indonesia, bisa dipertimbangkan kalau memang kita butuhkan. Namun, lagi-lagi saya katakan, peran pemain lokal harus diperbanyak."

Anda menargetkan berapa tahun semua ini terlaksana?
"Harus segera. Tidak bisa terlalu lama. Satu atau dua tahun harus bisa terbentuk ini semua. Selama ini sudah ada proses dengan adanya PT Liga Indonesia dan masing-masing klub menjadi PT. Sekarang ini, proses tersebut harus dipercepat. Diperkuat manajemennya dengan membuat pelatihan-pelatihan mengelola franchise."

"Pasalnya, klub tidak hanya mengelola timnya, tetapi juga mengelola franchise-nya. Bagaimana mereka bisa menjual baju di toko dan misalnya nama besar Persipura menjadi branding merek sepatu atau yang lainnya."

"Anggaplah Real Madrid, dengan adanya logo tersebut, nilai suatu produk akan naik. Itu harus diciptakan semua. Oleh karena itu, profesional dari suatu klub bukan hanya mengelola klub, tetapi juga perusahaan. Memang ini tidak mudah. Namun, langkah-langkah ini harus dijalankan. Kita juga meminta pengertian pelaku-pelaku bola bahwa ini dilakukan untuk menyelamatkan industri sepak bola ke depan."

"Saya ingin orang-orang yang sudah punya pengalaman dalam mengelola kompetisi ini harus bergabung menjadi satu, memikirkan bagaimana kita menjadikan industri sepak bola yang baik."

No comments:

Post a Comment