Tuesday, February 8, 2011

Cara Salah "Braveheart" Menanggapi Kematian

Mantan defender Blackburn Rovers, Colin Hendry (kanan) dan mendiang istrinya, Denise.

KOMPAS.com — Masih ingat Colin Hendry? Mantan defender tangguh Glasgow Rangers, Manchester City, dan Blackburn Rovers ini ternyata sedang terpuruk. Mentalnya terpukul dan frustrasi, sementara ekonominya bangkrut.

Penyebabnya adalah kematian istrinya, Denise (43), pada Juli 2009 lalu. Hendry yang kini berumur 45 tahun terpukul dan sulit menerima kematian itu. Dia pun kemudian terjebak dalam belaian minuman beralkohol dan mabuk-mabukan.

Itu baru diungkapkan Hendry baru-baru ini. Hendry yang juga sempat melatih Blackpool tersebut bahkan terjun dalam dunia perjudian hingga ekonominya bangkrut. Dia bahkan kini terlibat utang sebesar 2 juta pounds (sekitar Rp 29 miliar).

"Saya bukan pribadi yang buruk. Saya membuat kesalahan dalam hidup seperti halnya banyak orang. Saya terjebak dalam mabuk-mabukan karena saya pikir bisa melupakan kesedihan," ungkap Hendry, Jumat (21/1/2011) kepada The Sun.

"Saya juga berjudi, tapi tak seburuk yang ditulis media. Itu kesalahanku, selain minum minuman beralkohol," lanjut pria Skotlandia yang punya empat anak dari perkawinannya dengan Denise ini.

Hendry, yang semasa bermain dijuluki "Braveheart" karena keberanian dan kengototannya ini, mengaku senang karena cepat sadar. Mulai tahun lalu, dia berusaha memperbaiki hidupnya.

"Sejak musim panas tahun lalu saya mencoba melakukan segalanya di jalur yang benar sesuai dengan kemampuan saya. Saya mencoba kembali merawat keluarga dan bekerja mengatasi kebangkrutan," tuturnya.

Denise meninggal akibat penyakit yang ditimbulkan oleh operasi kosmetik. Selama beberapa tahun dia berjuang keras melawan penyakitnya itu, tapi akhirnya gagal. Dia menjalani operasi kosmetik demi tampil cantik di depan Hendry. Hal itulah yang membuat Hendry sangat terpukul.

"Sangat menyedihkan kehilangan seseorang. Dia wanita yang bahagia, cantik, dan ibu yang baik. Dia yang terbaik," puji Hendry.

Itu pula sebabnya, dia sangat terpukul dan frustrasi. Karena utangnya, dia akhirnya terpaksa menjual mansion milik keluarga di Lytham seharga 1,7 juta poundsterling (sekitar Rp 24,6 miliar).

"Tapi, itu tak seberapa dibandingkan dengan kehilangan Denise. Sekarang saya dan keempat anak saya mencoba kembali bangkit. Setelah melewati masa sulit, hidup kami akan lebih baik dan kuat," tegasnya.

No comments:

Post a Comment